Re-Sere Penang, Lambang Ketetapan Hati

Lilik Rosida Irmawati

Usia dini merupakan masa yang paling rawan  sekaligus masa yang paling menentukan bagi pembentukan jiwa dan kepribadian. Menurut para pakar psikologi usia tersebut merupakan penentu keberhasilan, karena pada masa itu jaringan otak bekerja maksimal menyerap informasi dari luar serta menyimpannya dengan rapi dalam memori otak. Oleh sebab itu penanaman  nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat terutama yang  berkaitan dengan adab sopan santun, budi pekerti, etika, norma-norma serta tata krama diperkenalkan sejak usia dini. Perhatian syair dibawah:


RE-SERE PENANG
Re sere penang
Penangnga penang jambe
Maju kaka’ maju ale’
Pa bagus tengkana, lako becce’
Kalellan e ka’dinto


Terjemahan bebas :
Sirih-sirih pinang
pinangnya pinang jambe
mari kakak mari adik
perbaiki tingkah laku
berperilaku mulia
diridhoi lewat disini


Penanaman nilai-nilai tersebut ditransformasikan dengan memberikan contoh nyata serta suri tauladan oleh generasi tua. Proses transformasi tersebut dilakukan secara perlahan, bertahap, dan berkesinambungan serta dilandasi oleh  perasaan kasih sayang, sebagaimana terungkap dalam kalimat, “Re sere penang / Penangnga penang jambe”( Sirih-sirih pinang / pinangnya pinang jambe) – (daun sirih dan pinang merupakan simbol sejoli (tak terpisahkan) terutama untuk “mena” (Madura) atau “nyusur” (Jawa).

Setelah anak menjelang dewasa dan diakui sebagai bagian anggota masyarakat, maka interaksi sosial dilakukan sebagai upaya membaurkan diri dengan lingkungan masyarakatnya. Di samping itu interaksi sosial dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam proses interaksi tersebut dapatlah dilihat bagaimana kemampuan manusia menjalin hubungan yang baik, dikagumi, dihormati, disukai serta menyenangkan.

Tak salah kiranya puisi lisan Re Sere Penang  memberikan gambaran bahwa  kemuliaan manusia  hanya dapat dilihat dan dipancarkan  dari kepribadian dan budi pekerti luhur. Sebagaimana terungkap dalam kalimat, “bagus tengkana, lako becce’” (bagus tingkahnya / berperilaku mulia ).

Proses panjang pembentukan akhlak mulia dan kebersihan jiwa mental spiritual bagi kau muda merupakan tanggung jawab orang tua. Untuk menumbuhkan kesadaran akan tanggung jawab mental dan moral, diperlukan keteladanan dari lingkungan keluarga maupun masyarakatnya. Oleh sebab itu kontrol yang dilaksanakan oleh orang tua, keluarga , dan lingkungan masyarakat sangatlah penting. Kontrol sosial yang ketat merupakan ikatan tanggung jawab bersama, tanpa melanggar hak azasi. Kontrol yang sangat ketat tersebut diharapkan akan mampu mencetak pemuda-pemudi yang bertanggung jawab terhadap perilaku,  mempunyai akhlak yang mulia serta moralitas tinggi.

Dengan memiliki perilaku yang mulia, kaum muda akan menjadi insan-insan yang bertanggung jawab, patuh, di sukai, di hormati, di hargai dan akan mampu menciptakan lingkungan yang harmoni bagi masyarakatnya. Dengan memiliki ketahanan mental serta moralitas yang kuat, maka akan terbentuklah sebuah generasi yang tangguh. Sebagaimana termaktup dalam kalimat, “Kalellan e ka’dinto”, (diridhoi Nya).