Komoditas



Komoditas atau komoditi adalah satu kosa kata yang lebih spesifik digunakan dalam bidang ekonomi kini semakin luas maknanya. Kata komoditas telah merambah area yang lebih luas dan menjangkau semua lini dalam kehidupan sehari-hari. Pada abad ini, ketika kemajuan teknologi mampu memberikan nilai plus pada umat manusia maka yang terjadi semua berada dalam hitungan nominal. Apalagi ketika hedoisme telah merasuk dan mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari, manusia semakin jauh dari sifat dan sikap sosial. Saat ini sangat sulit memberikan garis batas antara keikhlasan, dedikasi, kesungguhan, kasih sayang, barangkali dapat dianalogikan seperti garis pada batas laut dan kaki langit, sebuah garis memanjang semu tanpa batas.
Contoh yang paling gamblang dapat kita saksikan dalam setiap hitungan detik, barangkali dalam sehari kita mengkonsumsi seratus kali tayangan iklan di Televisi. Penayangan berbagai produk iklan yang bertemakan kasih sayang, ujung-ujungnya akan bermuara pada kehidupan yang mendewakan konsumerisme. Kita senantiasa diajak untuk berpola hidup konsumtif. Kemajuan teknologi beserta produk-produknya membuat manusia semakin terlena, terbius, ter-cengkeram pada pola-pola hidup yang terpatron.  Gaya hidup yang  wah, dengan berbagai aksesoris yang bertujuan agar diakui oleh komunitasnya. Komunitas hidup modern yang ditandai dengan ukuran kebahagiaan hanya berdasarkan pemenuhan kebutuhan yang tampak secara lahiriah saja.
Tiba-tiba saja manusia modern kehilangan jati dirinya sebagai makhluk sosial, karena untuk memenuhi kebutuhan lahiriah memerlukan dana yang sangat besar. Karena kehadiran mereka di tengah-tengah komunitas akan diterima secara utuh apabila mampu menselaraskan dan mensejajarkan diri berdasarkan asumsi dan kriteria yang mereka sepakati. Tidaklah mengherankan apabila manusia-manusia modern mulai kehilangan kepekaan, sikap dan sifat sosialnya. Karena untuk  pemenuhan kebutuhan lahiriah harus bekerja ekstra keras, membangun rumah mentereng serta memenuhi rumah mereka dengan perabot-perabot yang mewah. Gengsi adalah kata yang lazim digunakan apabila barang-barang yang mereka miliki tidak sama dengan komunitas-nya. Pemenuhan hajat hidup bukan didasarkan karena kebutuhan, tetapi pada nilai benda. Pemenuhan akan benda-benda mewah sudah menjadi kebutuhan dasar.
Gedung kesehatan (rumah sakit) dibangun megah dan modern, penataan ruangan yang nyaman dan  peralatan kedokteran  yang canggih didatangkan, namun semua itu tidak menjamin kebutuhan kesehatan bagi yang tidak mampu. Hanya orang-orang berduit yang mampu berobat dan dilayani dengan senyum meriah. Sedangkan orang-orang yang tidak beruntung hanya mampu melihat dari kejauhan dan menitikkan air mata. Bukan hanya bidang kesehatan menjadi komoditas tinggi, namun telah merambah di semua lini kehidupan. Menjadi dokter, polisi, bidan, dan profesi lainnya membutuhkan nominal yang demikian mahal. Bahkan untuk menuntut ilmu (*pendidikan) yang nota bene adalah media mengangkat harkat dan derajat manusia membutuhkan dana. Beruntung bagi yang mampu, bisa memilih sekolah favorit walaupun bermodal otak pas-pasan, sedangkan yang berotak cerdas dan brilliant namun berasal dari kalangan tidak mampu cukup puas menggantang asap, berbuai mimpi.
Tak berlebihan apabila semakin manusia menjadi modern, semakin pula kehilangan kepedulian dan kepekaan sosialnya. Manusia modern secara finansial tercukupi semua kebutuhan material, tetapi secara emosional dan spiritual  mengalami kekeringan. Kebutuhan hidup yang demikian banyak menjadikan sosok yang individualistic, tidak mau berbagi kesedihan dan penderitaan, serta asosial.