Lebih Dekat Mengenal Terumbu Karang

Terumbu Karang, barangkali kosa kata tersebut masih sangat asing dan kurang di kenal oleh sebagian masyarakat Indonesia. Bahkan banyak yang beranggapan bahwa Terumbu Karang adalah sejenis tanaman hias yang tumbuh di dalam laut. Tidaklah mengherankan karena habitat jenis tumbuhan tersebut hanya di kenal oleh sebagian kecil masyarakat, terutama yang hidup di pesisir dan para nelayan. Ketidaktahuan masyarakat Indonesia, khususnya kabupaten-kabupaten yang nota bene memiliki wilayah lautan yang luas sangat disayangkan. Karena disanalah, habitat Terumbu Karang merupakan potensi sumberdaya hayati yang tak ternilai harganya, baik secara ekonomis maupun ekologis.  
Kabupaten Sumenep merupakan satu-satunya kabupaten di Jawa Timur yang memiliki luas laut nyaris separuh dari wilayah laut di Jawa Timur. Tentunya, kekayaan dan keberagaman sumberdaya hayati yang terkandung didalamnya sangat luar biasa besar. Sebagaimana yang di rilis dalam literatur bahwa Indonesia dikenal sebagai pusat distribusi terumbu karang untuk seluruh Indo-Pasifik. Indonesia memiliki areal terumbu karang seluas 60.000 km2 lebih. Sejauh ini telah tercatat kurang lebih 354 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga.
Kabupaten Sumenep merupakan daerah yang sangat kaya, karena dengan memiliki luas laut hampir separuh wilayah Jatim dan wilayah pesisir yang demikian panjang memungkinkan tiga ekosistem penting di daerah pesisir memberikan kontribusi besar dan nilai ekonomis tinggi. Hal itu disampaikan oleh Ir. Abd. Mutallib, Kadis Badan Lingkungan Hidup Sumenep. Menurut pendapat Mutallib, karena memiliki luas laut yang sangat luas maka diperlukan koordinasi dengan semua pihak, bukan hanya lintas sektoral semata, tetapi semua komponen masyarakat untuk bersama-sama memelihara kekayaan yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta. Karena saat ini kerusakan lingkungan bukan hanya terjadi di wilayah daratan saja, tetapi telah merambah wilayah lautan. Kerusakan  lingkungan dibandingkan dengan rehabilitai itu tidak seimbang, analoginya untuk kerusakan lingkungan dengan menggunakan deret ujur, sedangkan rehabilitasi dan perbaikan deret aljabar.
Mutallib menambahkan, untuk mencegah kerusakan lingkungan dan ekosistem yang lebih parah maka pihaknya dalam dekade terakhir ini telah melakukan monotarium, yaitu penghentian pengambilan terumbu karang. Monotarium tersebut bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dan penegak hukum. Hal itu sesuai dengan misi yang di emban oleh Badan Lingkungan Hidup, tambah Mutallib, yakni melakukan pencegahan pencemaran dan kerusakan, pengendalian dan pemeliharaan serta pemulihan dan penyehatan lingkungan hidup dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pengelolaan dan pemamfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara efesien, adil dan berkelanjutan.
Salah satu implementasi dari misi tersebut berupa program dan kegiatan yang tercakup dalam program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam dengan kegiatan transpantasi/pencangkokan terumbu karang, papar Mutallib, karena secara nasional telah terjadi kerusakan pada ekosistem terumbu karang mencapai angka 70 s/d 80 % rusak akibat ulah tangan manusia yang tidak bertanggungjawab. Salah satu bentuk pencegahan yang dilakukan adalah gencar mengadakan sosialisasi tentang betapa pentingnya ekoosistem dan habitat terumbu karang bagi kemaslahatan manusia, khususnya di Sumenep. Mutallib juga berharap, ke depan nantinya perlu ada Perda yang melarang pengambilan terumbu karang dalam jumlah kecil maupun besar.
Senada dengan pendapat Kadis Badan Lingkungan Hidup kabupaten Sumenep, Kabid Pemulihan dan Kemitraan Lingkungan Drs. Ec. Ernawan Utomo, M. Si., menyampaikan bahwasanya hutan bakau, terumbu karang dan padang lamun berperan penting dalam melindungi pantai dari ancaman abrasi dan erosi serta tempat pemijahan bagi hewan-hewan penghuni laut lainnya. Terumbu karang merupakan rumah bagi banyak mahkluk hidup laut. Mengutip literatur yang ada, Iwan (panggilan akrab Kabid Pemulihan dan Kemitraan Lingkungan) menambahkan diperkirakan ada 3.000 spesies ikan dapat dijumpai pada habitat terumbu karang yang hidup di Asia Tenggara, dan diantara spesies tersebut hidup di laut Sumenep.
Iwan menambahkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 253 jenis ikan hias laut, dan koloni ikan hias tersebut hidup dan memijah di terumbu karang. Begitu juga dengan jenis ikan lainnya, seperti kepe-kepe, ikan betol ataupun hiu lebih banyak menggunakan waktunya di terumbu karang untuk mencari makan. Bahkan udang lobster, ikan scorpion dan jenis ikan karang lainnya adalah penghuni tetap terumbu karang. Karena terumbu karang bagi mereka adalah sebagai tempat bersarang dan memijah. Di samping itu terumbu karang yang bentuknya beraneka ragam merupakan tempat persembunyian yang baik bagi ikan lainnya.
Pengetahuan tentang betapa pentingnya habitat terumbu karang masih belum banyak diketahui oleh masyarakat. Iwan menambahkan bahwa terumbu karang merupakan aset pundi-pundi kekayaan yang tak akan habis apabila dikenali, dipelihara dan dicintai. Secara rinci Iwan memaparkan manfaat dari terumbu karang, pertama, sebagai tempat tinggal, tempat berkembang biak dan areal mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan tumbuhan lainnya.   Kedua sebagai sumber daya laut yang mempunyai nilai potensi ekonomi yang tinggi. Ketiga, merupakan laboratorium alam untuk menunjang pendidikan dan penelitian. Di samping itu terumbu karang merupakan habitat bagi spesies yang terancam punah seperti kima raksasa dan penyu laut. Dan tak kalah pentingnya, dari segi fisik terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan gelombang dan arus sehingga mengurangi abrasi pantai dan mencegah rusaknya ekosistim pantai lain seperti padang lamun dan mangrove.
Dan tak kalah pentingnya, tambah Iwan, terumbu karang merupakan sumber perikanan yang sangat tinggi. Dari 132 jenis ikan yang hidup di Indonesia, 32 jenis diantaranya hidup di terumbu karang, dan dari berbagai jenis ikan karang tersebut menjadi komoditas ekspor. Konon, menurut hasil penelitian bahwa terumbu karang yang sehat mampu menghasilkan 3 sampai 10 ton per kilometer persegi pertahun. Hasil yang sangat fantastik, imbuh Iwan, dan masih belum lagi keindahan terumbu karang sangat potensial untuk wisata bahari. Dengan menjadi areal wisata bahari maka dimungkinkan  masyarakat sekitar dapat memanfaatkan area terumbu karang untuk didirikan pusat-pusat penyelaman, membuka restoran, membuka penginapan. Dengan demikian pendapatan masyarakat tersebut bertambah dan dapat menjadi sumber lapangan kerja.
Manfaat terumbu karang bagi kelangsungan hidup manusia sangatlah besar, dan tentunya anugerah yang diberikan Sang Pencipta kepada masyarakat Sumenep khusunya wajib dipelihara dan dilestarikan. Pelestarian tersebut bukan hanya kewajiban pemerintah daerah semata, tetapi semua komponen masyarakat, khususnya masyarakat pesisir dan nelayan mengetahui  manfaat memelihara ekosistem, papar Iwan. Karena selama ini masih terjadi cara-cara yang sangat merugikan, yaitu dengan cara pengeboman maupun menggunakan potasium dalam pengambilan ikan oleh para nelayan yang tidak bertanggungjawab. Kalau di bom maka seluruh induk dari terumbu karang itu akan mati, yang lebih parah adalah menggunakan potasium yang mengandung zat kimia.
Iwan menambahkan bahwa Badan Lingkungan Hidup sebagai motor terdepan dalam meningkatkan kualitas  fungsi lingkungan hidup telah melakukan berbagai kegiatan, khususnya dalam budidaya terumbu karang. Sejak tahun 2004 telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat di beberapa kepulauan. Dalam sosialisasi tersebut dipaparkan berapa pentingnya menjaga kelestarian terumbu karang. Dan langkah-langkah konkrit lainnya memberikan pelatihan tentang transplatansi/pencangkokan terumbu karang di Kangean, Sapeken, Masalembu, Arjasa dan Talango.
Pelatihan-pelatihan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan program transplatansi/pencangkokan di pulau Mamburit kecamatan Arjasa, pulau Sitabok kecamatan Sapeken, pulau Saobi kecamatan Kangayan, desa Aenganyar kecamatan Giligenteng, pulau Gili Lawak kecamatan Talango, dan Kampung Baru pulau Masalembu. Program kegiatan transplatansi/pencangkokan ini tiap tahunnya dibuat sebanyak 75 frame, 75 frame hampir seluas 1 hektar, kata Iwan menambahkan, dengan demikian maka asumsi apabila 75 frame itu tumbuh dengan baik dan bagus tanpa ada gangguan dan bencana, maka bisa di hitung 3 tahun sejak program ini digulirkan tiap kecamatan telah mempunyai 3 hektar terumbu karang.
Proses terbentuknya terumbu karang membutuhkan waktu yang relatif lama, program transplatansi/pencangkokan campur tangan manusia ini yang berupa frame dan substrat nantinya akan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya berbagai sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Zooxanhellae adalah satu jenis algae yang bersimbiosis dengan jaringan-jaringan karang, zooxanhellae ini melakukam fotosintesis  dan menghasilkan oksigen yang berguna untuk terumbu karang. Dan nantinya substrat dan framen buatan tersebut akan menjadi induk terumbu karang.
Secara rinci Iwan memaparkan metodologi kegiatan transplatansi/pencangkokan terumbu karang melalui metodologi  umum, yang pertama persiapan dengan melakukan studi literatur, survey, koordinasi, dan mobilisasi.  Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui gambaran umum lokasi  dan koordinasi rencana pelaksanaan kegiatan. Adapun data-data yang diperlukan dalam proses ini diantaranya, letak geografis, astronomis dan aksebilitas, kondisi iklim. Oseanografi dan ekosistem terumbu karang. Kedua, pelaksanaan diantaranya adalah mobilisasi peralatan. Kegiatan ini melakukan koordinasi tim dalam rangka persiapan rekayasa kontruksi  frame dan substrat  di darat, dari mulai memobilisasi bahan dan tenaga hingga fasilitas pendukungnya.
Adapun alat dan bahan yang diperlukan  dalam pembuatan frame dan substrat antara lain ; peralatan las dan pemotong besi, peralatan tukang, besi siku dan plat, semen, pasir, batu cor, cat dan minyak cat, jaring dan tali. Pekerjaan selanjutnya adalah merakit kontruksi substrat dan frame berjaring. Kontruksi substrat di buat di darat sejumlah 10 buah tiap 1 (satu) frame degan bahan terbuat dari cor semen yang dicetak dalam bentuk persegi, dengan diameter tebal 2 cm, panjang 15 cm x 15 cm, di bagian tengah diberi tiang paralon dengan ukuran ¾ “  dan tingginya 10 cm.   
Pembuatan frame berjaring juga dilakukan di darat sebanyak 250 buah denga bahan dari besi siku yang disambung dengan menggunakan las. Dimensi frame 100 cm x 80 cm dalam bentuk rangka. Setelah rangka terbentuk kegiatan selanjutnya adalah mengatur letak substrat cor semen pada rak  dan mengikat substrat tersebut  pada rak dengan menggunakan nilon. Pada setiap frame  diikatkan substrat 10 (sepuluh) buah. Setelah pekerjaan itu rampung, papar Iwan, maka yang dilakukan adalah mengangkut rak frame dan substrat tersebut ke lokasi.
Pekerjaan pembuatan frame dan substrat di darat termasuk mudah, tambah Iwan, kegiatan yang terberat adalah ketika menanam karang transplatansi. Hal itu disebabkan karena menempelnya individu transplatansi bergantung pada pekerjaan ini. Ada tiga langkah yang yang harus dikerjakan, yaitu, pertama, meletakkan rak-rak tersebut pada kedalaman  +  5 meter dan mengaturnya di dasar perairan oleh tim penyelam. Kedua, mencari spesies karang yang akan ditrasnplantasikan, ada 3 (tiga)  jenis karang yang dibutuhkan, namanya Genus Seriatopora, Acropora, dan Paciliaopora. Masing-masing dari 3 jenis tersebut diipotong sepanjang 10 – 15 cm. Ketiga, mengikat  3 spesies karang tersebut  yang ditransplantasikan pada substrat  yang sudah diikatkan pada rak yang telah ditenggelamkan, dengan menggunakan cable tie melalui lubang pada paralon yang telah dilubangi.
Namun demikian Iwan menambahkan, bahwa metodologi transplatansi/pencangkokan yang terbuat dari besi untuk saat ini sudah dinilai tidak layak lagi. Peralatan tersebut berdasarkan rekomendasi dari LIPI sudah mulai ditinggalkan, walaupun ramah lingkungan tetapi masih kurang bagus. Untuk tahun 2010 pihaknya akan membuat perencanaan lagi dengan memakai paralon yang akan disi dengan beton sehingga beton itu bisa tenggelam, sedangkan substrat dan bibit karang tetap sama. Tentu saja untuk mendapatkan hasil yang sehat dan maksimal dalam pertumbuhannya masih dibutuhkan beberapa aspek pendukung, diantaranya adalah suhu air laut itu sendiri, jarak pandang kekeruhan. Jarak pandang kekeruhan ini sangat penting karena terumbu karang itu bisa hidup apabila sedimentasinya kecil. Misalnya aspek tersebut terpenuhi, tetapi di atas laut mobilitas perahu sangat tinggi, terumbu karang tersebut tetap bisa hidup, namun sangat lambat dalam pertumbuhannya.
Sebagaimana makhluk hidup lainnnya, terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat peka dan sensitif. Hal ini disebabkan kehidupan di terumbu karang didasari oleh hubungan ketergantungan antara ribuan makhluk hidup. Satu induk saja diambil, maka rusaklah keutuhannya, kata Iwan.  Mengapa ? Karena terumbu karang merupakan sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga. Dan ini sangat fantastik, karena hewan karang bentuknya aneh menyerupai batu serta mempunyai warna dan bentuk yang beraneka rupa. Dan dibutuhkan jangka waktu yang lama, bahkan jutaan tahun untuk tumbuh dan berkembang biak.
Menurut Iwan seluruh kawasan perairan di kepulauan di Sumenep potensial untuk ditransplatasi/pencangkokan, dan itu merupakan sumberdaya hayati yang sangat luar biasa besar. Karena dalam suatu wilayah pesisir  dan laut biasanya terdapat satu atau lebih sistem lingkungan (ekosistem) dan sumber daya pesisir dan laut. Salah satu dari ekosistem tersebut adalah terumbu karang yang unik, kompleks dan khas. Oleh karenanya dalam pengelolaan terumbu karang harus berbasis masyarakat, dalam artian pengelolaan dolakukan secara kolaboratif antara masyarakat, pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan pihak-pihak yang terkait  yang ada dalam masayarakat. Dengan berperan sertanya semua pihak maka akan didapatkan satu legitiminasi dan pengakuan terhadap hak dan kewajiban masyarakat  dalam mengelola terumbu karang dan sumber daya pesisir dan laut di sekitar mereka.
Salah satu sumberhayati terbesar dari dalam laut adalah ikan, secara ilmiah ikan merupakan sumber makanan sangat sempurna, terutama karena mengandung protein, vitamin D dan unsur-unsur mineral (sulfur, fosfor, dan vanadium). Ikan  merangsang pertumbuhandan membantu pemulihan jaringan, juga membantu dalam pertumbuhan gigi dan gusi yang sehat, bermanfaat untuk kecantikan, membuat rambut lebih sehat dan membantu dalam memerangi infeksi bakteri. Di samping itu ikan juga berperan  penting dalam pencegahan serangan jantung dan pembuluh nadi dengan cara mengatur kadar kolesterol dalam darah. Selain itu, sains modern juga menemukan asam lemak omega 3 dalam ikan yang sangat penting bagi kesehatan manusia.
Paparan dia atas hanya salah satu hasil dan manfaat dari terumbu karang, papar Iwan, maka tidaklah berlebihan apabila semua komponen masyarakat di kabupaten Sumenep mulai melirik, mengenal, menyayangi dan mencintai lingkungan ekosistem pesisir dan laut. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka sulit tumbuh rasa cinta. Oleh karenanya mencintai sumberdaya hayati selayaknya mulai ditanamkan sejak dini, dan perlu disosialisasikan pada lembaga di semua jenjang pendidikan. Ini tugas kolektif dan perlu dilakukan secara terus menerus, berkesinambungan dan sistematis. (El Iemawati)