SBI : Smp Negeri 1 Sumenep Membangun Kultur Adiwiyata

 Barangkali analogi yang  paling pas untuk mempresentasikan dunia global saat ini adalah,  “Dunia hanya selebar taplak meja, setiap ujungnya kelihatan”. Dalam hitungan detik, berbagai peristiwa di belahan dunia manapun langsung dapat di konsumsi oleh penghuni di belahan lainnya. Semuanya itu diakibatkan kemajuan IPTEK dan pencapaian peradaban tinggi oleh manusia yang mampu mengoptimalkan kualitas Sumber Daya Manusianya. Tidaklah mengherankan kalau istilah-istilah pasar global, ekonomi global, budaya global telah menjadi menu sehari-hari yang memasuki khasanah kehidupan.
Maka tidaklah berlebihan apabila saat ini dunia keilmuan dan sains menjadi skala prioritas dari berbagai bangsa, terutama negara-negara yang diblokkan dalam negara ketiga. Tak terkecuali di Indonesia,  hal itu disebabkan pintu pertama dan utama dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia hanya dapat ditentukan oleh produk dunia pendidikan. Realita tersebut memacu Pemerintah untuk mengalokasikan dan menggelontorkan dana pendidikan sesuai dengan amanat Undang-undang. 
Alternatif yang dibangun untuk peningkatan kualitas pendidikan adalah program SBI, baik di jenjang Sekolah Dasar, SMP maupun SMA. Sekolah Bertaraf Internasional ini nantinya diharapkan mampu menghasilkan produk pendidikan yang lebih berkualitas, hal ini untuk menjawab tantangan perkembangan globalisasi serta daya saing dengan dunia luar. Untuk saat ini Sekolah Bertaraf Internasional mulai bermunculan dan diminati oleh sejumlah kalangan. Melalui program-program dan proses pembelajaran, plus piranti media pembelajaran yang lengkap maka SBI mempunyai magnet kuat menarik peminat untuk memasuki sekolah SBI. Namun demikian keinginan kuat untuk memasuki SBI terkadang harus tersandung oleh kendala, diantaranya penyediaan anggaran yang tak terjangkau. Sekolah Bertaraf Internasional mematok nominal yang cukup tinggi, dan hal itu tidak terjangkau oleh kalangan yang berpenghasila pas-pasan.
Namun lambat laun SBI ini  mulai merambah di kota-kota kabupaten, Pemerintah Pusat melalui Departemen Pendidikan menggelontorkan anggaran ke semua Kabupaten dan Kota untuk  merintis Sekolah Bertaraf Internasional, baik di SD, SMP  maupun SMU. Target minimal setiap Kabupaten atau Kota mempunyai 1 (satu) sekolah Bertaraf Internasional di jenjang pendidikan dasar, menengah dan atas. Pemerintah Daerah maupun Kota  menyambut hangat  uluran tangan Departemen Pendidikan Nasional ini, tak terkecuali di wilayah kabupaten Sumenep. Untuk jenjang Sekolah Bertaraf Internasional di SMP, SMP Negeri 1 mendapat kepercayaan mengemban tugas sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.
VISI DAN MISI SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL SMP NEGERI 1
Tujuan utama dibangunnya SBI  adalah untuk memenuhi tuntutan perkembangan globalisasi dan daya saing  dengan peningkatan Sumber Daya Manusia, hal itu dipaparkan oleh  H. Nurul Hamzah, M. Pd.  Kepala Sekolah SMP Negeri 1. SMP Negeri 1 merupakan satu-satunya SMP Negeri di kabupaten Sumenep yang ketiban sampur untuk merintis Sekolah Bertaraf Internasional. Pada tahun pelajaran 2008/2009 SMP Negeri 1 telah memulai dengan menampung siswa SBI 1 kelas. Sebenarnya tidaklah berbeda dengan kelas-kelas regular lainnya, papar Nono (panggilan akrab H. Nurul Hamzah, M. Pd.) namun 8 standart nasional pendidikan itu ditambah dengan plus. Jadi ada nilai plus dalam SBI, nilai plus tersebut adalah pengayaan, pendalaman. Pengayaan dan pendalaman itu dengan cara adaptasi maupun adopsi, baik pada kurikulum ataupun hal lainnya yang berkaitan dengan proses pendidikan.
Secara rinci Nurul Hamzah menjelaskan tentang visi SBI SMP Negeri 1 Sumenep, “Cerdas, Terampil, Berwawasan Internasional, Berbudaya, Relegius, dan Berakhlakul Kharimah’. Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam indikator  visi sekolah SMP Negeri 1, yaitu ; 1), Terwujudnya SKL SMP yang bertaraf internasional, 2( Terwujudnya standar isi bertaraf internasional, 3) Terwujudnya standar proses bertaraf internasional, 4) Terwujudnya standar tenaga pendidik dan kependidikan bertaraf internasional, 5) Terwujudnya standarsarana dan prasarana bertaraf internasional, 6) Terwujudnya standarpengelolaan bertaraf internasional, 7) Terwujudnya standar keuangan dan pembiayaan pendidikan, 8) Terwujudnya standar penilaian pendidikan bertaraf internasional, 9) Terwujudnya pengembangan budaya dan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat, 10) terwujudnya penataan ruang sekolah yang asri dan hijau, 11) Terwujudnya pengembangan upaya pelestarian lingkungan melalui perilaku yang arif dan bijak, dan 12)  Tertanamnya nilai-nilai relegius dan berahlakul kharimah di kalangan unsur sekolah.
Untuk mewujudkan cita-cita mulia yang tercakup dalam visi dan misi  tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, cetus Nurul Hamzah, tugas pertama yang cukup berat adalah merubah minsed dan pola pikir paradigma lama yang telah tertanan, baik internal maupun eksternal. Secara terus menerus, kontinyu, berkesinambungan dan sistematis perubahan pola berfikir ditanamkan di institusi sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua wali maupun stakeholder. Semua komponen ini diajak untuk meningkatkan kualitas diri dan membuka diri terhadap perubahan yang berlangsung.
Sekolah merupakan sebuah organisasi dimana manusia diasah, diasuh dan diasih untuk menemukan jati dirinya. Dan hasil yang dicapai dalam pendidikan haruslah mampu menyumbangkan kearifan dan membantu anak agar hidup dan kehidupannya bermakna dan mulia. 8 standar  nasional pendidikan tidak akan mampu diterjemahkan dan diimplementasikan kalau tidak mengoptimalkan 3 kecerdasan yang telah dianugerahkan oleh Sang Pencipta, Nurul Hamzah menambahkan, meskipun ada kelas SBI dan Unggulan, bukan berarti kelas reguler dianaktirikan. Karena media laboratorium yang dipunyai SMP Negeri 1, baik laboratorium komputer dan IPA tetap dapat diakses oleh siswa.
Saat ini SMP Negeri 1 mempunyai 29 kelas, 2 laboratorium IPA dan 2 laboratorium komputer. Media laboratorium tersebut belum memadai. Untuk kelas reguler secara bergantian dapat menggunakan laboratorium komputer maupun IPA, disesuaikan dengan jadual mata pelajaran. Khusus kelas SBI  disediakan komputer secara khusus, untuk kelas 1 SBI tapel 2008/2009  sarana yang tersedia 17 laktop, 15 untuk masing-masing siswa dan 2 laktop untuk pembelajaran. Nurul hamzah menepis anggapan bahwa kalau masuk SBI setiap anak harus mempunyai 1 laktop pribadi. Kita permudah, Nurul Hamzah menambahkan, meskipun tidak mempunyai laktop anak-anak bisa membawa flasdisk maupun CD. Yang terpenting anak-anak bisa mengakses semua informasi yang berkaitan dengan pembelajaran.
Belajar langsung menggunakan media memang lebih menyenangkan, anak-anak sangat enjoy, tambahnya pula sambil tertawa, karena terkadang anak-anak lebih aktif mengakses semua informasi pendidikan dan tidak mengenal waktu, membuat guru  pendamping malah tertinggal.  Dalam proses pembelajaran yang langsung  bersinggungan dengan media yang konkrit, anak-anak lebih mudah menyerap dan terbiasa mengolah logika dan berpikiran kritis. Hal itu menyebabkan anak-anak lebih berani mengemukakan pertanyaan maupun pikirannya. Dengan kata lain anak-anak lebih maju daripada gurunya. Oleh karenanya guru-guru yang mengajar di kelas SBI harus mempunyai kemampuan plus. Untuk mengimbangi kemajuan yang dicapai oleh siswa di kelas SBI. Semangat yang dimiliki oleh siswa  SBI maupun kelas Unggulan  lebih tinggi daripada kelas reguler, hal itu barangkali disebabkan oleh atribut yang disandang. Padahal tidak ada dikotomi antara kelas SBI, Unggulan maupun kelas reguler dalam penggunaan IT.
OUTPUT YANG DIHASILKAN
Kurun waktu 3 tahun barulah mengetahui out put dari kelas SBI, tetapi dalam masa hampir memasuki 2 semester out put yang dihasilkan di kelas SBI sungguh sangat membanggakan, papar Nurul Hamzah, hal itu disebabkan hasil evaluasi yang dilaksanakan secara internal sekolah mencapai nilai maksimal. Begitu pula hasil evaluasi yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pendidikan per semester mencapai hasil yang maksimal. SMP Negeri 1 Sumenep menduduki peringkat 22 dari hasil kompetensi SBI SMP seluruh Indonesia. evaluasi ini bukan hanya diterapkan pada anak didik, tetapi juga guru-guru yang mengajar di kelas SBI. Bukan hanya mampu berkompetensi pada nilai semester, untuk lomba-lomba sains maupun olimpiade SBI SMP Negeri 1 Sumenep mampu menunjukkan prestasi yang  sangat bagus, pada lomba OSN tingkat Jawa Timur mampu meraih rangking 2, serta dapat masuk 10 besar tingkat Madura. Dalam satu semester telah mampu menunjukkan peningkatan prestasi yang luar biasa
Out put yang dihasilkan bukan hanya semata-mata berorientasi pada bidang akademik., tetapi juga bidang non akademik sesuai dengan bakat anak yang dimiliki dan ingin dikembangkan oleh setiap siswa. Dan yang paling urgen disini  adalah pembangunan kultur yang mengarah pada kultur Adiwiyata. Dalam Pada prinsipnya anak-anak diajak untuk tidak sekedar berwacana, tetapi langsung dalam bentuk implementasi dengan langkah-langkah konkrit, papar Nurul Hamzah. Berkaitan dengan kultur Adiwiyata bukan hanya sekedar membangun imej sekolah bersih, hijau dan rindang tetapi bagaimana Adiwiyata menjadi sebuah daya. Oleh karenanya ada beberapa hal indikator yang dilakukan. Pertama, meningkatkan atau mengembangkan kebijakan-kebijakan sekolah yang berkenaan dengan persoalan wiyata yang dimasukkan dalam sebuah peraturan dan tata tertib. Kedua mengembangkan kurikulum, dalam hal ini adiwiyata dimasukkan dalam kurikulum.
Ada tiga pilihan pengembangan yang bisa dilakukan, yaitu dengan cara integrasi, dengan monolitik dan lintas  mata pelajaran. Untuk SMP Negeri 1 pengembangan yang orientasinya menjadikannya sebuah kultur, maka adiwiyata ini dimasukkan  ke dalam mata pelajaran muatan lokal. Langkah konkritnya dengan mengatur sebuah kebijakan, contoh sampah, kata Nurul Hamzah, setelah dilakukan sosialisasi tentang pentingnya kebersihan dan sampah, anak-anak diajak berkomitmen untuk menjaga kebersihan di lingkungannya sendiri. Setelah komitmen tersebut disepakati kemudian dibuat dalam bentuk SK Kepala Sekolah. Pemahaman itu ditanamkan dan juga diikuti oleh sanksi, setiap anak yang membuang sampah sembarangan maka sanksi yang harus dilakukan adalah mencari sampah sebanyak 20. Ini memberikan efek jera dan sebagai salah satu bentuk shok terapi.
PERAN SERTA PEMERINTAH
Nurul Hamzah bersyukur, bila dibandingkan dengan beberapa daerah lain Pemerintah Kabupaten memberikan perhatian dan support luar biasa. Setelah melakukan pendekatan dan proses prosedural, dana shering yang diajukan oleh pihak sekolah mendapat respon dengan turunyya alokasi dana tersebut. Sudah 2 kali SMP Negeri 1 menerima dana dari APBD, yang pertama sebesar 160 juta, dan yang kedua sebesar 120 juta. Dana tersebut dikelola langsung oleh UPT  SMP Negeri 1, sedangkan dari pihak pemberi dana hanya memantau pelaksanaan dana tersebut dalam bentuk monitoring dan evaluasi.
NURUL Hamzah menambahkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, perlu adanya mediator yang dapat menjembatani dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Sehingga menghasilkan satu konsep dan strategis yang matang serta aspek-aspek lain yang mampu menjadi pendukung utama dalam meraih keberhasilan pendidikan.
Tentu saja, untuk menghasilkan konsep bersama diperlukan kebersamaan. Terutama dari pihak jajaran Birokrasi Pendidikan. Legeslatif dan masyarakat. Karena dari kelompok masyarakat inilah, aspirasi yang bergulir di kalangan masyarakat dapat di serap.  Sehingga produk yang dihasilkan, akan mampu meningkatkat mutu pendidikan. Dalam jangkauan yang lebih luas, pendidikan merupakan pintu utama dalam pembentukan Sumber Daya Manusia yang handal. Maka tidaklah berlebihan semua komponen bangsa berharap banyak kepada institusi pendidikan sebagai garda terdepan, sebagi prajurit terdepan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia.