Guru Sumenep Deklarasikan Forum Penulis Guru

Para guru Sumenep saat workshop menulis
Komunitas Guru Penulis dideklarasikan di Sumenep, Sabtu (25/3/2017) di SDN Kolor II yang dihadiri puluhan guru dari beberapa kecamatan daratan.

Lilik Soebari, Ketua Rumah Literasi Sumenep, berharap komunitas ini menjadi ajang bagi para guru untuk terus berkarya dalam bentuk tulisan sekaligus mengasah keterampilan menulis.

“Berproses dalam suatu komunitas itu lebih cepat berkembang daripada berproses sendirian. Di dalam komunitas kita bisa saling belajar, saling memperbaiki kekurangan karya anggota,” terang perempuan berkacamata minus ini.

Lilik menambahkan, untuk sementara guru dalam komunitas ini berkarya dalam ragam bahasa Indonesia. Pada tahap selanjutkan didorong untuk menulis dengan bahasa Madura. Tulisan guru dalam bahasa Madura ini akan dipublikasikan di salah satu majalah terbitan Surabaya.

Terbentuknya Komunitas Guru Penulis  menurut guru SD di Sumenep ini, merupakan bagian dari agenda kerja Rumah Literasi Sumenep (Rulis) yang dilaunching pada paro 2017 Februari lalu.

Dalam dua bulan ini Rulis telah melaksanakan beberapa kegiatan literasi di antaranya pelatihan menulis guru TK dan SD, pelatihan menulis untuk pemuda, serta pelatihan guru mendongeng.

Dalam waktu dekat Rulis akan mengadakan proyek penulisan biografi tokoh Madura dan sayembara menulis cerita rakyat Madura. Ia berharap guru yang tergabung dalam komunitas ini bisa mengambil bagian dalam agenda tersebut.

Syaf Anton, budayawan Sumenep yang menjadi narasumber dalam acara tersebut mengapresiasi terbentuknya komunitas ini. Ia mendorong agar para guru untuk terus menulis termasuk menulis sastra.

Menurut peneliti kebudayaan Madura ini, banyak budaya Madura dan kearifan lokal yang mulai tergerus. Menulis merupakan salah satu cara untuk mengonservasi budaya agar tetap bisa dikenal oleh generasi mendatang.

Budayawan berambut gondrong ini menyarankan agar guru penulis selalu menyiapkan alat untuk mencatat ide yang munculnya bis akapan saja di tempat yang tidak terduga.

“Inspirasi muncul satu kali, bila tidak mencatatnya bisa saja ia tidak bakal kembali,” imbuhnya.

Syaf Anton juga berkesempatan membedah karya anggota yang telah diserahkan sebelum acara dimulai. Beberapa karya anggota dibedah mulai dari karya puisi, cerpen hingga feature.

Syarifah, guru asal Kecamatan Pragaan, yang tulisannya dibedah, merasa senang bisa bergabung dengan komunitas ini. Ia berharap bedah karya anggota yang rencananya akan dilaksanakan setiap bulan dapat melejitkan kemampuan menulisnya.(Taufiqurrahman/surabaya.tribunnews.com)