Silat Ghul-Ghul Sebagai Sarana Silaturahmi


Lilik Rosida Irmawati


Konon kabarnya, dekade tahun 60-an sampai dengan 70-an, perkumpulan-perkumpulan silat Ghul-Ghul hampir merata ada di setiap desa dalam wilayah kecamatan Guluk-Guluk. Perkumpulan-perkumpulan tersebut biasanya dipimpin oleh seorang jawara (guru silat) yang mumpuni dan kondang.

Di tempat perkumpulan itulah, para pesilat muda digodok mempelajari jurus-jurus silat dan media arisan digunakan sebagai tali pengikat antar sesama anggota. Pertemuan rutin diadakan setiap setengah bulanan atau setiap bulan sekali. Dalam pertemuan tersebut diperagakan keahlian dan kepandaian pesilat muda, sekaligus sebagai arena untuk menguji sejauh mana pesilat muda mampu menyerap ilmu yang disampaikan oleh sang guru.

Saat ini komunitas pencinta Pencak Silat Ghul-Ghul hanya tinggal hitungan jari. Untuk pelestariannya, para jawara (jago) senior mulai merekrut kaum muda untuk mempelajari serta menggeluti seni bela diri ini. Sehingga tidaklah mengherankan, kalau atraksi ini masih dapat disaksikan ketika ada hajatan, ataupun saat-saat gebyar meriah memperingati hari besar Nasional, tujuh-belasan.

Dalam acara tersebut biasanya para jagoan, baik secara individu maupun kelompok turun gunung memamerkan ketangkasan, kelincahan, kegesitan sekaligus kelenturan, keindahan gerakan dalam satu arena. Menjadi komoditas tontonan yang sangat apik, menarik dan memikat.