Silat Ghul-Ghul; Modifikasi Berbagai Aliran


Lilik Rosida Irmawati


Seperti halnya permainan Pencak silat pada umumnya, dasar-dasar dari gerakan silat adalah sama. Gerakan pencak yang dimainkan biasanya memodifikasi dari berbagai gerakan silat yang sudah ada, serta memainkan dari berbagai versi daerah. Pada umumnya para pesilat Ghul-Ghul didominasi pesilat laki-laki. Dalam setiap pementasan pesilat ini memperagakan gaya permainan yang sudah dibakukan, diantaranya ; gaya Malaju berasal dari Sumenep, gaya Bhabiyan berasal dari pulau Bawean, gaya Cemandik berasal dari Betawi dan gaya Pamor yang berasal dari Pamekasan.

Adapun ciri-ciri yang membedakan gerakan-gerakannya, sebagai berikut ;

1.    Gaya Malaju (Sumenep) gerakan dalam gaya ini sangatlah halus, luwes dan gemulai. Dibalik kehalusan dan keluwesan, setiap gerakan yang dimainkan mengandung tenaga dalam tinggi. Setiap tendangan yang dilontarkan mengandung jurus-jurus mematikan.

2.    Gaya Bhabiyan (Bawean), gaya permainan ini adalah perpaduan silat dan tari. Sehingga tidaklah mengherankan kalau gaya Bhabiyan  cenderung  pada gerakan-gerakan tarian dan keindahan penampilan. Tujuan dari permainan gaya ini adalah menciptakan suasana menyenangkan. Sehingga jurus-jurus yang dimainkan tidak mengandung tenaga dalam tinggi serta tendangan-tendangan yang dilontarkan tidak hebat dan mematikan. 

3.    Gaya Cemandik (Betawi), gaya ini mirip gaya Bhabiyan, yaitu gerakan-gerakan silat cenderung pada gerakan tarian.  Namun dibalik keindahan dan keluwesan setiap gerakan, mengandung satu kekuatan tenaga dalam yang dahsyat dan mematikan.

4.    Gaya Pamor (Pamekasan), permainan dalam gaya ini cenderung kasar. Setiap gerakan yang dimainkan adalah mempertontonkan kepandaian dan ketangkasan bertarung. Namun dalam diri para pesilat tidak mempunyai/memiliki tenaga dalam dan jurus-jurus yang dimainkan tidak mematikan.  Oleh sebab itu, ketika tampil  para pesilat melengkapi penampilannya dengan senjata tajam, misalnya celurit. Alat tersebut digunakan untuk memamerkan keperkasaan.

Adapun alat musik pengiring permainan silat Ghul-Ghul, terdiri dari beberapa alat musik, yaitu  1 gendang besar, 3 gendang kecil (ketipung), 1 jidur dan 1 kerca. Adapun para penabuh terdiri dari 5 personel. Tujuan dari memasukkan unsur musik adalah memberikan semangat agar permainan silat Ghul-Ghul semakin menyenangkan dan menggairahkan.

Dalam setiap pementasan, unsur musik menjadi sangat dominan ketika mengikuti langkah-langkah kaki para pesilat saat berlaga. Permainan irama dalam musik pun beragam, disesuaikan dengan gaya yang dimainkan oleh para pesilat. Adapun irama musik yang dimainkan silat Ghul-Ghul pada saat pementasan, pertama, irama  Serama, yang terdiri dari dua unsur, Serama Teter dan Serama Biyasa,  kedua ; irama Bhabiyan, terdiri dari dua, yakni Bhabiyan Sumenebben dan Bhabiyan Palembhang.  

Ketika  menampilkan pencak gaya Malaju, irama yang dimainkan adalah irama musik Serama, gaya Cemandik, diiringi irama Serama Teter, gaya Bhabiyan diiringi oleh irama Serama Teter, gaya Bhabiyan Sumenebben dan Bhabiyan Palembhang memakai irama Serama Teter. Untuk gaya Pamor, irama musik yang dimainkan adalah Serama Biyasa.

Ketika sedang beristirahat permainan musik tetap dimainkan, adapun nama irama-nya adalah ; Ayak Komedi, Ayak  Sampang, Polisiyan dan Tenggian.  instrumental yang didominasi pukulan gendang tersebut, ternyata mampu membangkitkan  kegairahan kepada para pesilat untuk lebih piawai menunjukkan kecepatan dan ketepatan pukulan sekaligus mempertontonkan kelenturan tubuh. Sehingga tontonan yang dikemas dalam pementasan tersebut semakin memikat.