Silat Ghul-Ghul; Seni Pertarungan Memikat

 Lilik Rosida Irmawati

Berbicara tentang Pencak Silat, maka yang ada di pelupuk mata adalah sebuah pertarungan yang menegangkan sekaligus mengasyikkan. Ketegangan itu dibangun ketika menyaksikan kecepatan serta keluwesan gerakan yang dipertontonkan oleh para pesilat. Konon, seni bela diri ini asli Indonesia dan telah menyebar merata di seluruh kepulauan nusantara. Bahkan melanglang sampai ke negara tetangga, Malaysia, Thailand dan Cina. 

Seni bela diri Pencak Silat merupakan sebuah prosesi pertarungan yang melibatkan satu orang (tunggal), dua orang (berpasangan) atau lebih dalam sebuah arena. Dalam pertarungan Pencak Silat ini, ada yang menggunakan senjata tajam atau hanya menggunakan tangan kosong. Adapun gerakan yang paling spesifik dari Pencak Silat adalah lompatan-lompatan energik dan luwes, tangkas serta sedikit banyak mengandung unsur seni akrobatik. Disamping itu, gerakan-gerakan dalam Pencak Silat mempunyai persamaan dengan seni tari dari segi ketepatan gerak, gerak di udara dan seni pertarungan. Dan didalamnya terdapat tehnik pengendalian diri, baik dari segi mental dan fisikal.

Disamping menguasai tehnik bertarung yang mengandalkan kecekatan, ketangkasan dan kemahiran, para jawara silat biasanya membekali diri dan menguasai ilmu-ilmu pendukung lainnya. Penguasaan ilmu kekebalan tubuh ataupun ilmu tenaga dalam (kanoragan) diyakini akan mampu memberikan support kekuatan mental. 

Selain digunakan dalam  pertarungan, gerakan-gerakan Pencak Silat sering dimodifikasi menjadi gerakan dasar tarian dalam genre kesenian. Pengaruh pola gerak Pencak Silat dapat diketemukan pada kesenian Topeng, Ludruk, tari laki-laki dalam tayub dan beberapa gaya hadrah. Pada umumnya, pemakaian acuan gerakan Pencak Silat berkenaan dengan pengungkapan tantangan, keberanian, kewiraan, kekuatan serta rasa percaya diri baik dari segi fisikal dan metal.

Penyebaran seni Pencak Silat di berbagai daerah di nusantara, ternyata mampu menciptakan gerakan-gerakan, gaya serta versi yang berbeda, sesuai dengan lingkungan, situasi dan kondisi daerah. Begitu pula yang terjadi di wilayah Sumenep, seni bela diri Pencak Silat pertama kali menjadi andalan para putra raja di lingkungan keraton, setelah itu menyebar di kalangan rakyat dan sangat diminati oleh kalangan pemuda. Pada akhirnya jenis seni Pencak Silat menjadi primadona di kalangan rakyat kebanyakan

Dalam perkembangannya, seni bela diri Pencak Silat mengalami pembaharuan yaitu dengan memasukkan unsur seni lainnya dalam setiap pementasan. Unsur tari dan unsur musik tersebut tidak mengurangi substansi dan nilai-nilai yang ada, bahkan cenderung memperkuat dengan kemasan gerakan-gerakan yang lebih indah. Masyarakat pencinta Pencak ini menamakan “Silat Ghul-Ghul”. Nama Ghul-Ghul berasal dari kependekan Guluk-Guluk. 

Pencak Silat Ghul-Ghul pada awalnya dikembangkan di lingkungan pondok Pesantren, dan merupakan perpaduan antara pencak silat dan musikal. “Pencak” yang mempertontonkan kecekatan, ketangkasan dan ketahanan fisik serta ilmu tenaga dalam ini mampu diperagakan dalam gerakan-gerakan luwes, indah dan gemulai serta diiringi oleh hentikan alat musik gendang. Tidaklah mengherankan kalau perpaduan gerak tangkas dan gerakan luwes tarian tersebut mampu menarik minat serta menyedot perhatian masyarakat untuk mempelajarinya. Sehingga pada masa itu perkumpulan-perkumpulan silat Ghul-Ghul tumbuh bagai jamur di musim penghujan.