Bayangan

Pentigraf LilikSoebari
 


Di dinding yang terlihat hanyalah punggung dan rambut sebahu. Tiga tahun lebih rutinitas ini dilakukan, setiap hari Ely duduk di jendela lantai kamar atas. Jendela itu persis menuju anak tangga menghadap arah selatan sehingga Ely bisa memandangi dirinya sendiri dengan leluasa. Berbeda ketika bercermin Ely benar-benar dihantui ketakutan, warna hitam di sekitar mata semakin melebar, kulitnya mengeriput dan wajah pucatnya mengingatkannya pada mayat hidup di film-film horor.
Berbeda ketika melihat bayangannya di dinding semuanya serba sempurna dan itu sangat menghangatkan, sehangat matahari pagi yang merambati tengkuk dan punggungnya.

Sambil menatapi bayanganya seringkali perasaan putus asa menghantui dan itu ditelannya sendiri dalam-dalam. Kecamuk geram, marah, sakit mampu dihalau dengan mendatangkan senyum, karena itu adalah pilihan. Pilihan supaya kedua anaknya tidak terluka karena bagaimanapun Bram, suaminya telah berkorban demikian luar biasa. Kehilangan rumah warisan untuk biaya rumah sakit, tabungannya terkuras habis dan merawat sejak Ely cacat. Semuanya berubah drastis sejak kedua kakinya tidak terselamatkan, lumat terlindas. Dan semuanya kini hancur, semuanya sejak Ely mendengar perbincangan yang tidak sengaja didengarnya ketika pura-pura tertidur.

Wajar, Bram masih sehat, kuat dan perlu pemenuhan hasrat libido. Niat baik Ely agar Bram kawin ditentang kedua anak gadisnya. Dan itulah sumber petaka karena diam-diam Bram menjalin asmara dengan rekan kerja, janda cantik, Siska. Pertengkaran sengit Bram dan anak gadisnya benar-benar memojokkan Ely, kekuatan yang dibangunnya runtuh. "Satu bulan kedepan aku tidak bisa menyembunyikan kehamilanku, " Lontaran kalimat Siska perlahan menjadikan Ely terpuruk dan menerbangkan jiwanya pada masa kanak-kanak yang pahit. Dan bayangan itu kini berbaur dengan bayangannya di dinding, membentuk siluet aneh, dan mengajaknya untuk memasuki dunia bayangan. Hidup adalah pilihan, pelan-pelan Ely memasukkan butiran-butiran obat sembari menatap bayangannya di dinding yang semakin mengabur.

Sumenep, 21.06.2016