Pilihan

Pentigraf Lilik Soebari



Pertemuan yang ditakdirkan, ketika sedang memantau kinerja bawahannya melalui layar monitor seraut wajah melintas, menggelindingkan ingatannya pada masa kanak-kanak. Sorot mata teduh dan senyum hangat, tidak salah lagi ini pak Hamdi. Penuh luapan emosi Misnanto keluar ruangan, meraih dan menciumi tangan Hamdi yang terkaget-kaget penuh tanya, melongo menatap sosok gagah berbalut seragam coklat. Mata tua Hamdi berkaca-kaca bahagia, tak disangka bahwa Misnanto yang dulu sangat kucel, kurus kering kini menjadi sosok yang demikian gagah. Meski tidak terlalu pandai, Misnanto menjadi kesayangan pak Hamdi. Dalam ingatannya Misnanto kecil tabiatnya sangat baik, ringan tangan dan jujur.

“Ini keempat kalinya Bapak mengikuti tes SIM C, dan baru bisa lulus setelah melalui biro bukan calo, “ ujar pak Hamdi santai ketika berada di ruangan Kanit Satlantas, pandanganya menyapu ruangan kerja Misnanto. Misnanto diam tertunduk dan ketika tengadah ia melihat sorot mata berdarah penuh luka, “Bapak tidak mempercayai ocehan anak dan mengurus sendiri perpanjangan. Dan ternyata rumor yang beredar ternyata benar. Begini cara kalian, sangat rapi dan tersistem. Kalau dikalkulasi besar sekali uang yang didapatkan dari cara ini, “Getar suara pak Hamdi demikian menusuk, dan Misnanto merasakan tikaman yang merobek ulu hatinya, “Hmm, mau apalagi? Kalian bekerja dibawah sebuah sistem dan harus patuh meski menghianati nurani. Jujur, bapak sangat kecewa menemui realita semacam ini tapi apa yang bisa bapak lakukan? ”

Misnanto kehilangan kata-kata, mulutnya terkunci. Sorot mata Hamdi menghujam membuat hatinya terasa sangat ngilu dan menggelepar. Bahkan ketika pak Hamdi mengucapkan salam Misnanto tak mampu menjawab sampai tubuh tua itu hilang dibalik pintu. Hanya kalimat dari mantan guru semasa Sekolah Dasar itu terngiang-ngiang di ruangan kerjanya, “Masih ada waktu untuk menentukan pilihan.”

Sumenep, 12 Desember 2016